Pemerintah Akan Bangun 12 Rumah Sakit Gigi di Sejumlah Universitas

foto 

TEMPO/Hermansyah

TEMPO InteraktifBandung – Kementerian Kesehatan berencana menambah 12 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di  sejumlah Fakultas Kedokteran Gigi yang ada di seluruh Indonesia. Menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Bambang Sugiyanto dari 26 Fakultas Kedokteran Gigi dan Mulut baru 14 fakultas yang memiliki rumah sakit sendiri.

Rencana penambahan itu, menurutnya,  untuk memperluas jangkauan layanan gigi, sekaligus diharapkan menambah rasio dokter gigi yang bekerja di Puskesmas di seluruh Indonesia. Bambang mengatakan, saat ini rasio yang ada ,1 dokter gigi untuk melayani 5 puskesmas.
Pemerintah, katanya, mematok target pada 2014 nanti rasionya sudah 1:2, artinya 1 dokter gigi untuk 2 Puskesmas. Tahun ini pemerintah menambah jumlah Fakultas Kedokteran Gigi dari 14 yang ada, menjadi 26 fakultas.

Bambang menuturkan, saat ini semua Puskesmas sudah memiliki fasilitas pelayanan gigi, hanya sayangnya, baru 20 persen yang dilayani dokter gigi, sisanya hanya dikelola oleh perawat gigi. Ditambah, katanya, belum semua Puskesmas dilengkapi dengan peralatan untuk perawatan gigi yang memadai. Sejumlah kendala yang mengganjal penambahan fasilitas itu, di antaranya, Bambang mencontohkan tiadanya listrik. “Peralatan gigi perlu listrik, ini di daerah kadang gak ada,” katanya di Bandung, Senin, 12 September 2011. .

Menurutnya, pemerintah sengaja menambah jumlah Fakultas Kedokteran Gigi tahun ini untuk memperbesar jumlah dokter gigi. Saat ini dari 26 Fakultas Kedokteran Gigi, baru 14 yang memiliki Rumah Sakit Gigi dan Mulut – semuanya berada di kota-kota besar.

Kondisi paling parah justru berada di Indonesia Timur, di sana Rumah Sakit Gigi dan Mulut hanya terdapat di Manado, Makasar, dan Denpasar. Bambang mengatakan, sejumlah daerah yang menjadi prioritas pendirian rumah sakit itu di antaranya berada di Indonesia timur. “(Di antaranya) Papua, NTT, dan Maluku belum (punya), ini yang akan kita buka nanti,” kata Bambang.

Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Prof. Eky S Soeria Soemantri menyetujui rencana pemerintah memperluas jangkauan layanan pemeliharaan gigi dengan memprioritaskan pembangunan rumah sakit gigi di daerah belum memiliki fasilitas itu. “Rumah sakit gigi dan mulut masih kurang jumlahnya,” katanya ditemui terpisah.

Namun, Eky menyayangkan, penambahan Fakultas Kedokteran Gigi yang baru mayoritas berada di Pulau Jawa. “Saya agak kuatir karena berdirinya di kota-kota besar di pulau Jawa, yang menurut saya seharusnya di daerah,” katanya.

Menurutnya, saat ini sebaran dokter gigi yang jumlahnya terhitung masih kurang, 70 persennya berada di pulau Jawa. Saat ini, per Desember 2010 tercatat jumlah dokter gigi di seluruh Indonesia 17.998 orang, data tahun ini menyebutkan jumlahnya sudah lebih dari 21 ribu orang.

Di Jawa sendiri sebarannya tidak merata, di daerah terpencil misalkan di selatan Jawa Barat jumlahnya kurang. Sejumlah provinsi di luar Jawa bahkan jumlahnya minim. Dia mencontohkan, Papua Barat yang hanya memiliki 40 dokter gigi. Distribusi dokter spesialis gigi, yang jumlahnya terbatas juga, terkonsentrasi di Jawa. “Bayangkan 90 persen dokter spesialis ada di Jawa, jadi kalau mau berobat ke dokter spesialis harus ke Jawa, lebih mahal biaya naik pesawatnya,” katanya.

Menurutnya, persoalan penyebaran dokter gigi, bakal sulit dengan tidak ada lagi program PTT (Pegawai Tidak Tetap) yang akan membuat dokter enggan bekerja di daerah. Pemerintah disarankan untuk memberikan insentif, di antaranya, memberikan peralatan perawatan gigi, hingga memberikan gaji lebih besar.

Eky mengatakan, tren masyarakat memeriksakan gigi makin besar. Dia mencontohkan, sepanjang 2010 saja di fasilitas rumah sakit gigi Universitas Padjadjaran, kunjungan pasien mencapai 111 ribu orang. Di rumah sakit gigi yang tersebar di semua perguruan tinggi di seluruh Indonesia, rata-rata jumlahnya 30 ribu orang setahunnya. “Artinya orang membutuhkan, untuk golongan ‘punya’ datang ke dokter gigi sore hari, yang tidak punya harus disediakan juga selain Puskesmas, layanan Puskesmas terbatas,” katanya

Sumber : tempo interactive

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s