Karies Gigi Masih Jadi Masalah Utama Kesehatan Gigi dan Mulut

Karies Gigi Masih Jadi Masalah Utama Kesehatan Gigi dan Mulut

[Unpad.ac.id, 22/10/2014] Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) kembali digelar di Bandung untuk yang kelima kalinya. Kegiatan ini digelar di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unpad, mulai hari ini Rabu (22/10) hingga Jumat (24/10) mendatang. Pada kegiatan ini, masyarakat dapat melakukan konsultasi dan pemeriksaan gigi secara gratis.

Pelajar SD mengikuti kegiatan kampanye pentingnya kesehatan gigi pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional di RSGM FKG Unpad Bandung, Rabu (22/10). (Foto oleh: Artanti)*
Pelajar SD mengikuti kegiatan kampanye pentingnya kesehatan gigi pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional di RSGM FKG Unpad Bandung, Rabu (22/10). (Foto oleh: Artanti)*
Ditemui di sela acara, Ketua Pelaksana acara tersebut, Tenny Setiani, drg., M.Kes.,Sp.PM. mengatakan bahwa kegiatan ini digelar untuk mendekatkan akses layanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat serta untuk memberikan informasi tentang pentingnya perawatan kesehatan gigi dan mulut. BKGN 2014 memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat, berupa promotif, preventif, dan kuratif.

“Harapannya, kita inginnya sih menurunkan angka kejadian karies, karena memang sulit sekali diturunkan angka prevalensi karies ini. Artinya, memang harus lebih gencar lagi acara-acara dental health education,” tutur drg. Tenny.

Berdasarkan Riskesdas 2013, salah satu permasalahan utama kesehatan gigi dan mulut yang ada di masyarakat adalah gigi berlubang (karies gigi). Dengan demikian, selain memberikan pelayanan berupa pemeriksaan dan perawatan gigi, BKGN 2014 juga memberikan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut.

Layanan yang diberikan antara lain penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, latihan sikat gigi, serta konsultasi mengenai kesehatan gigi dan mulut. Adapun tindakan pemeriksaan dan perawatan yang dilakukan meliputi penambalan sederhana, pencabutan tanpa komplikasi pada gigi sulung, pembersihan karang gigi, dan perawatan pencegahan gigi berlubang dengan aplikasi fluoride atau fissure sealant.

…….

“Dengan satu kesatuan visi dan misi bahwa kita mempunyai tanggung jawab bersama untuk meningkatkan kualitas gigi masyarakat terutama di kota Bandung,” tutur drg. Ratu Mirah.*

Sumber : http://www.unpad.ac.id/2014/10/karies-gigi-masih-jadi-masalah-utama-kesehatan-gigi-dan-mulut/

Mitos Seputar Gigi dan Mulut (1)

Ada banyak pemahaman yang keliru tentang pera­watan gigi, gusi, dan rongga mulut, yang berkembang di masyarakat dan hal ini diturunkan dan disampaikan dari orang tua kita dahulu sampai anak-anak saat ini.
takut berobat gigi
Berikut ini kami kumpulkan beberapa mitos yang cukup populer, lalu kami sajikan faktanya.

Mitos: Untuk menyembuhkan sakit gigi, kita hanya perlu menenggak obat-obatan penghilang rasa sakit atau kumur dengan larutan penyegar?
Fakta: Sakit gigi jauh lebih komplek dari yang kita bayangkan, Rasa sakit untuk sementara waktu mungkin akan hilang, tapi bukan berarti bahwa gigi sudah sembuh. Bakteri pebabkan infeksi gigi tetap ada sehingga rasa sakit bisa muncul kembali.
Untuk menyembuhkannya bisa dilakukan bermacam-macam perawatan, misal Bila gigi berlubang, perlu dibersihkan dan ditambal, tapi jika kerusakan lapisan telah sampai pada lapisan syaraf, yang perlu dilakukan adalah perawatan pada saluran akar lebih dahulu. Jadi periksa dulu ke dokter gigi yah…

Mitos :Menggunakan permen karet tanpa gula dengan xylitol setelah makan dapat menggantikan menyikat dan memiliki efek yang sama.
Fakta: Tidak benar, hal ini hanya dilakukan dalam kondisi tertentu atau kepepet kata orang, tapi anda tetap diwaibkan untuk menggosok gigi. Hal ini sama seperti kita hanya berkumur dengan menggunakan pasta gigi.
Sikat gigi bertujuan untuk membersihkan kotoran di sela-sela gigi yang tersangkut saat kita makan.
Noted: jika anda tidak dapat sikat gigi setiap habis makan, anda dapat menggunakan permen karet tanpa gula untuk membersihkan gigi. Karena dengan mengunyah permen karet dapat memicu produksi air liur didalam mulut dan memberikan efek self cleanser pada gigi.

Mitos: Sariawan timbul akibat kurangnya asupan vitamin C.
Fakta: Tidak hanya lantaran kekurangan asupan vitamin C, sariawan juga bisa disebabkan berbagai faktor lain khususnya panas dalam, atau faktor lain seperti: alergi, stres, penurunan sistem kekebalan tubuh, trauma (tergigit berulang-ulang), ataupun ketidakseimbangan hormon -seperti saat wanita menstruasi. Konsumsi vitamin C dapat mempercepat penyembuhan sariawan, karena sifat vitamin ini membantu memperbaiki jaringan yang rusak.
Sariawan yang tidak kunjung membaik dalam waktu 1minggu perlu dikonsultasikan dengan dokter gigi untuk mengantisipasi kemungkinan adanya penyakit bahaya lainnya seperti kanker mulut.
Anda bisa minum penyegar seperti kaki tiga atau kalau sudah parah untuk pengobatan dengan mkumur dan minum enkasari, pengobatan dengan albotil atau sejenisnya.

Mitos: Untuk mengatasi bau mulut cukup dengan berkumur dengan larut­an penyegar (obat kumur).
Fakta: Tidak benar, bau mulut disebabkan karena perkembang bakteri di dalam gigi atau mulut. Pernahkan anda mencium bau kotoran yang menyangkut di antara gigi anda selama beberapa jam saja? Baunya pasti menyengat 🙂 Apalagi jika kotoran tersebut tinggal selama beberapa hari dan berminggu2 karena berada di daerah gigi anda yg berlubang, selain menimbulkan bau yang tidak sedap bisa dipastikan anda akan mengalami nyeri gusi.

Penggunaan obat kumur hanya bertahan dalam jangka waktu pendek. Bahkan kandungan alkohol pada larutan ini dapat membuat mulut menjadi kering, sehingga bau mulut akan bertambah hebat. Untuk mengatasi aroma tidak sedap pada mulut adalah membersihkan area gigi, gusi, lidah dan rongga mulut. Setelah tuntas, baru lanjutkan dengan obat kumur untuk hasil yang maksimal.

Mitos: Bila gigi patah sebagian dan menyisakan akarnya, diamkan saja.
Fakta: Mungkin Anda sudah tidak punya keluhan lagi, tetapi permasalahan yang Anda alami sebenarnya belum tuntas ter­atasi. Akar yang tertinggal tetap harus dicabut, karena bila didiamkan bisa menjadi sumber infeksi di kemudian hari.

Mitos: Pencabutan gigi tidak boleh saat tekanan darah sedang tinggi
Fakta: Benar, Jika gigi dicabut pada saat tekanan darah sedang tinggi, pendarahan tidak bisa berhenti dan akan membahayakan kese­hatan secara keseluruhan. Pada kondisi pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi), pencabutan hanya boleh dilakukan setelah dikonsultasikan oleh dokter spesialis penyakit dalam. Biasanya lebih dahulu pasien akan diberi obat untuk mengendalikan tekanan darahnya.

Mitos: Jika gigi Anda sakit, sebaiknya dicabut saja supaya rasa sakit tidak balik lagi.
Fakta: Tidak benar sepenuhnya, tergantung dari penyebab sakit gigi tersebut. Bisa jadi hanya karena dikarenakan ggi berlubang yang cukup dilakukan penambalan atau bahkan hanya perlu dilakukan pembersihan karang gigi.
hilang/tanggalnya satu gigi saja akan memengaruhi keampuhan daya kunyah. Karena itu keberadaan gigi dalam mulut harus dipertahankan semaksimal mungkin. Pencabutan gigi merupakan pilihan terakhir. Bila gigi Anda sakit, maka perlu dicari sumber masalahnya dan segera lakukan perawatan intensif.

Mitos: Jika gigi sedang sakit tidak boleh dicabut karena bisa menyebabkan rabun bahkan buta.
Fakta: Tidak ada hubungannya, Sakit yang disebabkan oleh adanya lubang pada gigi, bila sampai infeksi, rasa sakitnya memang bisa menjalar sampai area pipi hingga mata. Terutama pada gigi bagian atas.
Masalahnya jika kondisi gigi sedang sakit dilakukan pencabutan efeknya dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa karena gigi dalam kondisi radang ataupun sangat sensitif. Namun pencabutan pada gigi bagian atas memang perlu dilakukan lebih hati-hati karena akar gigi sangat dekat dengan syaraf mata dan bisa mempengaruhi syaraf2 lain yang ada disekitarnya, biasanya kalau tidak yakin dokter akan meminta pasien untuk melakukan rontgen terlebih dahulu, demikian yang disampaikan drg. Yenni MES.
takut berobat gigi bandung
Mitos : Pencabutan gigi tidak boleh dilakukan pada saat wanita sedang menstruasi.
Fakta : Benar, Perubahan hormonal yang dialami wanita turut mempengaruhi keadaan di rongga mulutnya. Saat menstruasi, terjadi perubahan hormonal yaitu peningkatan kadar estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan gusi lebih rentan terhadap peradangan.
Meski demikian, pencabutan tetap dapat dilakukan pada saat wanita sedang menstruasi. Untuk menghindari resiko, pencabutan sebaiknya ditunda hingga minggu terakhir siklus menstruasi (hari ke 22-28) di mana kadar estrogen sedang rendah dan dilakukan pengechekan tekanan darah sebagai pendukung.

Mitos : Ibu Hamil Tidak Boleh Merawat Gigi
Fakta :Tidak benar. Ibu hamil masih bisa merawat gigi dengan rutin membersihkan gigi dari sisa makanan dan plak di gigi, tetapi hindari untuk melakukan tindakan operasi karena dikhawatirkan menimbulkan resiko terhadap kesehatan ibu dan anak.

Jadi… kalau tidak yakin mitos atau bukan, tanyakan saja kepada dokter gigi anda, terima kasih

Pemerintah Akan Bangun 12 Rumah Sakit Gigi di Sejumlah Universitas

foto 

TEMPO/Hermansyah

TEMPO InteraktifBandung – Kementerian Kesehatan berencana menambah 12 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di  sejumlah Fakultas Kedokteran Gigi yang ada di seluruh Indonesia. Menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Bambang Sugiyanto dari 26 Fakultas Kedokteran Gigi dan Mulut baru 14 fakultas yang memiliki rumah sakit sendiri.

Rencana penambahan itu, menurutnya,  untuk memperluas jangkauan layanan gigi, sekaligus diharapkan menambah rasio dokter gigi yang bekerja di Puskesmas di seluruh Indonesia. Bambang mengatakan, saat ini rasio yang ada ,1 dokter gigi untuk melayani 5 puskesmas.
Pemerintah, katanya, mematok target pada 2014 nanti rasionya sudah 1:2, artinya 1 dokter gigi untuk 2 Puskesmas. Tahun ini pemerintah menambah jumlah Fakultas Kedokteran Gigi dari 14 yang ada, menjadi 26 fakultas.

Bambang menuturkan, saat ini semua Puskesmas sudah memiliki fasilitas pelayanan gigi, hanya sayangnya, baru 20 persen yang dilayani dokter gigi, sisanya hanya dikelola oleh perawat gigi. Ditambah, katanya, belum semua Puskesmas dilengkapi dengan peralatan untuk perawatan gigi yang memadai. Sejumlah kendala yang mengganjal penambahan fasilitas itu, di antaranya, Bambang mencontohkan tiadanya listrik. “Peralatan gigi perlu listrik, ini di daerah kadang gak ada,” katanya di Bandung, Senin, 12 September 2011. .

Menurutnya, pemerintah sengaja menambah jumlah Fakultas Kedokteran Gigi tahun ini untuk memperbesar jumlah dokter gigi. Saat ini dari 26 Fakultas Kedokteran Gigi, baru 14 yang memiliki Rumah Sakit Gigi dan Mulut – semuanya berada di kota-kota besar.

Kondisi paling parah justru berada di Indonesia Timur, di sana Rumah Sakit Gigi dan Mulut hanya terdapat di Manado, Makasar, dan Denpasar. Bambang mengatakan, sejumlah daerah yang menjadi prioritas pendirian rumah sakit itu di antaranya berada di Indonesia timur. “(Di antaranya) Papua, NTT, dan Maluku belum (punya), ini yang akan kita buka nanti,” kata Bambang.

Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Prof. Eky S Soeria Soemantri menyetujui rencana pemerintah memperluas jangkauan layanan pemeliharaan gigi dengan memprioritaskan pembangunan rumah sakit gigi di daerah belum memiliki fasilitas itu. “Rumah sakit gigi dan mulut masih kurang jumlahnya,” katanya ditemui terpisah.

Namun, Eky menyayangkan, penambahan Fakultas Kedokteran Gigi yang baru mayoritas berada di Pulau Jawa. “Saya agak kuatir karena berdirinya di kota-kota besar di pulau Jawa, yang menurut saya seharusnya di daerah,” katanya.

Menurutnya, saat ini sebaran dokter gigi yang jumlahnya terhitung masih kurang, 70 persennya berada di pulau Jawa. Saat ini, per Desember 2010 tercatat jumlah dokter gigi di seluruh Indonesia 17.998 orang, data tahun ini menyebutkan jumlahnya sudah lebih dari 21 ribu orang.

Di Jawa sendiri sebarannya tidak merata, di daerah terpencil misalkan di selatan Jawa Barat jumlahnya kurang. Sejumlah provinsi di luar Jawa bahkan jumlahnya minim. Dia mencontohkan, Papua Barat yang hanya memiliki 40 dokter gigi. Distribusi dokter spesialis gigi, yang jumlahnya terbatas juga, terkonsentrasi di Jawa. “Bayangkan 90 persen dokter spesialis ada di Jawa, jadi kalau mau berobat ke dokter spesialis harus ke Jawa, lebih mahal biaya naik pesawatnya,” katanya.

Menurutnya, persoalan penyebaran dokter gigi, bakal sulit dengan tidak ada lagi program PTT (Pegawai Tidak Tetap) yang akan membuat dokter enggan bekerja di daerah. Pemerintah disarankan untuk memberikan insentif, di antaranya, memberikan peralatan perawatan gigi, hingga memberikan gaji lebih besar.

Eky mengatakan, tren masyarakat memeriksakan gigi makin besar. Dia mencontohkan, sepanjang 2010 saja di fasilitas rumah sakit gigi Universitas Padjadjaran, kunjungan pasien mencapai 111 ribu orang. Di rumah sakit gigi yang tersebar di semua perguruan tinggi di seluruh Indonesia, rata-rata jumlahnya 30 ribu orang setahunnya. “Artinya orang membutuhkan, untuk golongan ‘punya’ datang ke dokter gigi sore hari, yang tidak punya harus disediakan juga selain Puskesmas, layanan Puskesmas terbatas,” katanya

Sumber : tempo interactive